Selasa, 10 April 2012

Blood and sincerity of soul :(



Setetes air yang jatuh ke tanah
kotor terserap dan takkan kembali
menjadi bagian dari zatnya
kembali membumi ...

Ketika tulang dan daging yang terselubung dalam darah bersatu padu membuat suatu goresan titah, dia bekerja keras berusaha agar diakui meskipun luka dan menangis karena apoptosisnya. 

Selubung kedamaian itu tercipta perlahan demi perlahan menghangatkan dirinya, membuat percaya bahwa dunia tidak hanya diciptakan untuk mereka saja, masih ada tempat dan memang masih ada tempat untuknya.

Arah angin selalu membimbing membawa kaki lemahnya melangkah dan dia yang berada dalam selubung cinta terpaksa mengakar dan berlindung pada kerasnya batu, berjuang menghindari mati karena tatap mata badai dan pukulan salju yang beku. "Aku masih kuat, walaupun tulangku patah dan darahku berhenti mengalir".

Nasi basi yang dibumbui sejumput garam jadi saksi bahwa tekadnya sama dengan banyaknya garam di laut yang maha luas dan ini bukanlah suatu masalah besar ataupun kecil yang dia takuti. Saat orang lain memanjakan perutnya yang sudah berteriak tak mau disuapi, dia tak peduli dengan bising suara abdomennya sendiri. "Biarlah aku kelaparan, dan menggigil tapi aku tidak akan mati !".

Darah yang berkembang dari satu menjadi dua, dua menjadi empat, memberikan harapan dan semangat baru ketika api itu hampir saja padam. Sumber energi dan alasan pasti yang membuat peluhnya semakin deras bercucuran. Melakukan apapun demi menjaganya, memberikan apapun yang ia minta, meskipun kulitnya yang halus harus terbakar panasnya matahari, sakit dan perih.

Tidak pernah terasa helai demi helai mahkota hitam yang dipuja berubah seketika menjadi pucat pasi seputih kertas, dan dia tetap saja tak peduli asalkan benih yang tertanam sudah menjadi dewasa dan mampu bertahan hidup dengan layak, tak seperti dirinya dulu. 

Dalam kesedihan berpisah dari bagian hatinya yang selama ini ia lindungi, dia tetap tegar dan pantang bersedih, mengajarkan anak anaknya menjadi pribadi yang tegar dan mampu menantang matahari membanggakan jiwanya yang sudah renta untuk meneruskan titah menjadi khalifah di bumi.

Seperti Al Qur'an tua dia memang lapuk dan usang, tapi kesuciannya tak bisa tergantikan. 
Seperti Al Qur'an tua dia memang bisa saja kau letakkan dalam pojok lemari kamar, terbuang dan diabaikan tapi lebih indah jika kau dekap dan ciumi ia penuh cinta, karena dia abadi dan cintanya untukmu tak lekang oleh zaman.

Semua  ini karena aku cinta
Ibu...   

Referensi gambar
http://singingemotions.files.wordpress.com/2011/07/siluet.jpg

2 komentar:

  1. Mantaaaaap...paling enak emang kalo ngebaca doang...hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tau nih, sebenernya paling enak buatnya, tapi kalo udah jadi malu kalo di baca :D

      Hapus

Gimana tanggapan mu ?, Kasih tau dan komen disini yaa :D

Baca doang ga kasih komen ? Ga gaul cuy !