Segala sesuatu memang ada konsekuensinya, seperti menari dibawah mentari yang bayangnya mengikuti dirimu
Kalaulah aku tidak pernah mengizinkan mu pergi, mungkin setiap hari aku akan melihat mu dalam tangisan dan darah
Tapi bukan itu yang aku harapkan, senyuman lebarmu
dan menjumpai kebahagianmu walau tanpa aku
Ku berfikir walau aku yang terluka dan sakit, aku bisa menahan semua peluru cobaan yang ada.
Ternyata bila tanpamu semua itu akan sia sia
Kamu memang seperti Lidokain untuk ku, memang tidak selamanya namun cukup untuk meredam sakitnya.
Setiap detik yang terlepas untuk mu adalah kenyataan, fakta bahwa kau memang masih milikku
Namun fakta itupun berkata bahwa itu hanyalah status bagiku
Setiap hari aku hanya berharap bisa bertemu dengan mu
Setiap hari aku hanya berharap bisa mendengar tawamu
Namun seiring waktu akhirnya aku sadar apa yang aku korbankan
Menukar sebuah senyuman dengan sebuah kepedihan.
Kalaulah aku tidak pernah mengizinkan mu pergi, mungkin setiap hari aku akan melihat mu dalam tangisan dan darah
Tapi bukan itu yang aku harapkan, senyuman lebarmu
dan menjumpai kebahagianmu walau tanpa aku
Ku berfikir walau aku yang terluka dan sakit, aku bisa menahan semua peluru cobaan yang ada.
Ternyata bila tanpamu semua itu akan sia sia
Kamu memang seperti Lidokain untuk ku, memang tidak selamanya namun cukup untuk meredam sakitnya.
Setiap detik yang terlepas untuk mu adalah kenyataan, fakta bahwa kau memang masih milikku
Namun fakta itupun berkata bahwa itu hanyalah status bagiku
Setiap hari aku hanya berharap bisa bertemu dengan mu
Setiap hari aku hanya berharap bisa mendengar tawamu
Namun seiring waktu akhirnya aku sadar apa yang aku korbankan
Menukar sebuah senyuman dengan sebuah kepedihan.