“Just when the caterpillar thought the world was over, it became a butterfly.”
Menulis adalah bukan tentang pikiran orang lain yang kita
suka atau tentang perkataan orang yang kita benci. Menulis juga bukan suatu
usaha keras yang harus kita paksakan agar orang lain bisa menikmatinya tetapi
menulis adalah suatu tarikan nafas yang
dapat melegakan jiwa, mendamaikan suasana hati dan pikiran sang peramu tintanya.
Dibalik keringnya dedaunan yang mulai membusuk aku tersadar
dan bertanya pada diriku sendiri. Untuk apa semua ini harus ditulis ? Kenapa
semua terasa berat ketika kita harus kembali memulai setelah ada yang
merusaknya? Dan kenapa aku harus membangunnya kembali?
Cinta dan perasaan yang dicampurkan kedalam tinta akan
terlihat bersinar dan memiliki perasaan dari pada dia yang tidak memasukan
emosi didalamnya. Karenanya mengapa aku harus takut ?
Harapan, motivasi, emosi, visi misi ku semuanya menyatu
dalam tinta yang hitam ini, karena aku percaya seperti apa yang telah kau
percayakan kepada ku.
Di alam sana
Aku memperhatikan ulat hijau gemuk menjijikan di balik daun
rapuh berlubang depan pekarangan rumah almarhum kakekku. Dia begitu rakus
hingga hampir memakan seluruh dedunan yang ada di ranting tempat dia berpijak.
Dia tidak sendiri, dia selalu bersama teman sahabat atau mungkin keluarganya
aku tak tau. Tapi satu hal, dia tetaplah sama menggelikannya dengan yang
lainnya.
“Ulat sang hama” julukan yang disematkan padanya
mengantarnya pada kotornya tanah merah setelah rantingnya yang memang lebih rendah dari ranting lainnya itu dipangkas hingga
berjatuhan dari pohonnya, akhirnya ulat
ulat hijau gemuk itu berakhir menjadi vitamin dan makanan penutup yang lezat
bagi ayam ayam kampung jagoan disana. Ulat hijau itu mati.
Di ranting yang lebih tinggi masyarakat ulat itu menjelma
bertransformasi menjadi sekeping kepompong yang unik. Berselimutkan daun dan
benang putih asli produksinya sendiri , dia boleh bernafas lega karena memang
tidak ada yang peduli terhadapnya. Kepompong itu dikucilkan.
Namun semua berasa
lebih ramai, semua lebih memperhatikan dan semua menjadi lebih peduli setelah
kepompong yang terkucilkan itu berevolusi menjadi kupu kupu biru cantik seperti
safir yang berterbangan mengitari
mentari pagi dan berhenti dibunga yang basah oleh cantiknya tetesan embun.
Dia sangat terlihat elegan.
Untuk saat ini aku memang adalah ulat hijau gemuk menjijikan
yang bisa berjatuhan dan mati dimakan hinaan orang yang dengki, tapi tak apa,
karena manusia akan terus berlari dan berusaha untuk loncat sekeras kerasnya
menuju cabang puncak paling tinggi.
Aku tak akan dan tak boleh menyesal atas apa yang telah ku
lakukan, dan tanggung jawab yang telah disematkan harus diamanatkan kembali
kepada yang berhak.
Keegoisan menutup mataku dengan tebal tentang arti penting
suatu harapan dan pertolongan. Selama masih ada orang, tak ada alasan untuk tetap
melingkar dada kepada orang lain.
Never knowing what comes of life ..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Gimana tanggapan mu ?, Kasih tau dan komen disini yaa :D