Semburat
jingga yang telukis di atmosfer jiwa
mewarnai
bumi yang terlepas dari sedihnya cerita
aku
hanya bisa meyulam kata menjadi sehelai kain kusam
berusaha
membuatmu hangat,
meski
aku menggigil menikmati sisa angin yang bertiup
Kematian
yang dulu dijanjikan
hanya
dialah yang masih lekat menempel di mata para penyair
menguras
hati dan jantung mereka dari darah kebahagiaan
hingga
kini aku masih menunggu bayang bayangmu
karena
cinta itu kita yang rasa
Dilain
waktu aku teringat oleh hadiah yang kau berikan
sebatang
mawar bertuliskan tinta tinta cinta
dengan
semerbak hawa harum kertas baru
percayalah
abunya akan ada dalam keabadian
Hingga
aku menunggu kapan masanya akan datang
akan
tetap dia terbang bebas menembus kaki kaki langit
menjadi
satu dengan pelangi
tumbuh
dan meninggi bersama rerumputan