Senin, 21 Februari 2011

Masa SMA sudah berubah !

Dari zaman saya sekolah dasar, banyak yang bilang kalo SMA adalah masa-masa paling indah dalam kehidupan manusia * entah indah dalam hal apa? :D *

Saya sendiri jujur tidak percaya hal seperti itu, karena semua tergantung pribadi masing-masing, lingkungan, serta keadaan yang memungkinkan. Saya ingat ketika saya SMA dulu, saya banyak mengalami hal yang buruk dan baik bergantian namun jika ditanya bagian mana yang paling banyak ? tentu saya akan sulit menjawab. :)

Saya melanjutkan sekolah di sebuah Sekolah Menegah Atas di luar kota yang jauh dari rumah saya, tepatnya di Kota Sukabumi, Jawa Barat. "Jauh banget sekolah aja !", banyak yang bilang seperti itu, namun jika dibilang "Pesantren" pasti  langsung mengertikan mengapa ? :). Pada dasarnya sekolah saya ini tidak murni sebuah pesantren, hanya saja banyak nilai-nilai kepesantrenan  yang di integrasi kan ke dalam kurikulum sekolah ini. Mengapa saya bilang begitu? karena saya sudah merasakan sedikitnya tiga tahun mendalami dunia pesantren saat saya SMP.

Back to the topic, masa-masa saya SMA sangat bercampur aduk!. Menegangkan, seru, menyedihkan, penuh emosi, semangat, labil, dan hal-hal yang tidak dapat di deskripsikan.

Semua bermula dari saya yang bingung untuk melanjutkan sekolah dari SMP ke tingkat yang lebih atas. Saya merasa bimbang karena harus memilih antara melanjutkan study di sekolah lama atau memang harus benar-benar pindah dan mencari sekolah baru, yang pada singkat cerita saya harus meninggalkan Banten untuk menuntut ilmu di tanah yang lain.

SMA yang saya masuki ini ternyata menarik, punya segala hal untuk berpotensi maju yang ibarat sudah ada pabrik dan bahan utama hanya tinggal membutuhkan tangan-tangan cekatan untuk memproduksi siswa yang baik, berprestasi dan sukses terlebih sekolah ini masih memiliki tugas tambahan untuk membentuk manusia yang berakhlakul karimah dan berwawasan islami.

"The Niners" adalah nama angkatan yang sesungguhnya biasanya kami sebut diawal kami sekolah, hidup dengan kasta paling rendah, dilantai paling bawah yang pengap, paling ditekan dengan senioritas, paling lugu dan paling terdzolimi menurut saya. Kenapa ? karena seperti yang saya bilang, kami adalah kasta yang paling rendah. Hidup di asrama dengan atmosfer pressure setiap hari membuat kami semakin kuat, bersatu, dan menjiwai setiap masing-masing teman seangkatan, hal ini adalah hal unik karena dengan tidur di lantai yang sama, langit-langit yang sama, tanpa kami sadari diajari rasa menghargai orang lain. Bagaimana tidak? setiap hari kita berinteraksi bersama dimulai dari membuka hingga menutup mata. Semua ter sadar ketika kami sudah lulus. Sesungguhnya masa awal pembentukan karakter menjadi manusia yang mandiri dan mempunyai mental yang kuat adalah sangat penting.

Eliminasi alam hukum Darwin "Yang kuatlah yang bertahan hidup" mungkin benar juga, karena belum genap satu tahun saja sudah ada yang kabur bahkan berhenti atau mengundurkan diri. Tidak kuat hidup mandiri, jauh dari orang tua dan alasan yang paling banyak saya temui adalah tidak kuat jauh dari pacar nya ! *orang tuanya aja kalah sama pacar nya -____-*.

Saya jadi ingat pertanyaan standar yang pasti akan ditanyakan di setiap pesantren atau sekolah berasrama adalah " Sekolah di sini kemauan sendiri atau orang tua ? ", pertanyaan ini adalah satu ujian pertama yang sebenarnya harus bisa di hadapi oleh siswa, jika jawabannya "kemauan sendiri" pasti akan lebih mudah untuk survive, tidak perlu dijawab!, karena jawabannya hanya dari hati dan kesadaran.

Hal yang paling kami takuti adalah persidangan. Persidangan hanya dilakukan jikalau salah satu atau lebih dari angkatan melakukan kesalahan. Biasanya hal ini dilakukan oleh guru namun tentu yang paling sering adalah senior (lagi ?). Saya pribadi menilai memang terjadi perubahan sistem, di mana sang pelajar memang lebih menurut kepada senior ketimbang kepada guru. Hal ini didasari kepada rasa takut yang berlebih dan intimidasi. Padahal ternyata hal ini justru mengakibatkan efek yang bisa dibilang positif dengan menurunnya tingkat pelanggaran disiplin siswa.

Beranjak ke tingkat dua, secara psikologis sudah mulai di atas angin dengan dipegangnya organisasi tertinggi siswa, letak semua aspirasi dan inspirasi siswa bermuara. Mulai belajar berpolitik, mengatur, dan mere organisasi semua kehidupan yang ada di sekolah, namun pressure masih kuat karena terasa ditekan atas bawah, terbukti karena ada efek ganjil genap sadar atau tanpa sadar di sini, walau banyak yang menyangkal namun tidak dapat di singkirkan fakta bahwa memang benar ada.

Menjadi pengurus organisasi di sekolah atau pun organisasi apa pun akan membuat kita lebih kritis dalam menilik dan menilai suatu hal, hal inilah yang biasanya merubah bentuk suatu kepribadian siswa, tergantung dari bagaimana masalah yang dihadapi siswa tersebut, saya sendiri berpendapat bagi sekolah yang belum mau menerima aspirasi siswa, hendaklah dibuat demi perkembangan siswa yang baik. Dengar, pahami, rasakan, beri pengertian yang baik, dengan tata cara yang edukatif akan sangat mampu mengajarkan ilmu tentang kepribadian yang baik yang tidak akan ditinggal oleh sang siswa. Berbeda jika sang siswa tidak pernah didengar aspirasinya, apatis dan terkesan tidak peduli tanpa diberi informasi dan edukasi yang baik dan jelas, hal ini akan merusak kepribadian siswa, merubahnya menjadi tidak peduli, dingin, dan apatis kepada orang lain. Namun hal ini biasanya tersangkut pada ego yang ada pada guru, dan staf sekolah, untuk mau menjalankan atau tidak. Tidak jarang ditemukan siswa yang bentrok pada sekolahnya sendiri, hal ini biasanya dipacu dari kurangnya informasi dan tertutup nya ego sang pendidik.

Masa SMA adalah masa penentuan siswa untuk menentukan masa depan kuliah nya, semakin siswa baik dan rajin maka akan semakin baik masa depan kuliah nya. Banyak yang bercerita pada saya atau bahkan saya sendiri rasakan bahwasanya banyak sekali hal yang kita lewatkan, dan kita sia-siakan selama SMA. 

Hal yang paling buruk yang dirasakan seorang siswa berasrama ketika mereka lulus adalah sulitnya untuk bertemu atau reuni kembali, sulitnya mengobati rasa rindu di dada setelah tiga tahun hidup bersama. Setiap orang di dalam angkatan adalah orang yang berasal dari jauh dan tersebar dari berbagai belahan kota atau negara, contoh saja teman saya yang berasal dari Filipina, dari kami lulus sampai sekarang saja tidak pernah lagi terdengar rimbanya. Terlebih untuk teman-teman yang kuliah ke luar tanah air, kami hanya bisa menyapa via Skype atau media network lainnya, itu pun sangat jarang. Semua karena telah di bebani oleh tanggung jawab masing-masing yang berbeda-beda.

Jika anda setiap hari hidup bersama, bermain bersama, makan bersama, bahkan mandi bersama ( masih dalam batas rasional ) tentu kenangan, persahabatan, cinta, dan rasa memiliki lebih kuat atau bahkan lebih mendarah daging daripada yang hanya bertemu selama di kelas dalam sekolah !.

Sehingga kesimpulan bodohnya, belum tentu masa-masa SMA adalah masa yang menyenangkan. Semua tergantung dari banyak faktor, dari faktor pencetus sampai faktor predisposisi.

Jadi bagaimana masa SMA mu ? :D

6 komentar:

  1. hebat juga lu nulis menulisnya dro gila ya , bener2 ga kerasa udah lama bgt kita ge ketemu ... ada banyak cerita tentang SMA kita :')

    BalasHapus
  2. muahahhaa semua yg terindah kan menjadi sebuah cerita :')

    BalasHapus
  3. hahaha thank you dik..
    emang kangen ya.. gimana yang jauh kaya di jerman, yang di indonesia aja susah dik :(

    BalasHapus
  4. KANGEN SUMPAH !.

    inget ya dulu kelas satu maennya masih perkamar , sirik2an akhirnya nyatu juga kita hahaha.

    yu reunian yu .
    haflah pada dateng ya :D

    BalasHapus
  5. hahaha iya rip, inget gue inget ! malah diawal-awal semua kumpul sesuai suku, yang sunda sunda, yang jakarta-jakarta ! jadi rasis hahaha
    under pressure makannya kompak :D

    BalasHapus

Gimana tanggapan mu ?, Kasih tau dan komen disini yaa :D

Baca doang ga kasih komen ? Ga gaul cuy !